Tegese Mangsa Ketigo
Mangsa ketigo adalah salah satu dari sepuluh mangsa atau musim dalam bahasa Jawa. Mangsa ketigo berarti mangsa yang terang atau tidak ada hujan. Dalam bahasa Indonesia, mangsa ketigo sama dengan musim kemarau.
Mangsa ketigo biasanya dimulai pada bulan Juni dan berakhir pada bulan September. Dalam sistem pranata mangsa, mangsa ketigo terdiri dari tiga bagian, yaitu:
- Mangsa Kasa: 22/23 Juni sampai 2/3 Agustus
- Mangsa Karo: 2/3 Agustus sampai 25/26 Agustus
- Mangsa Katelu: 25/26 Agustus sampai 18/19 September
Ciri-Ciri Mangsa Ketigo
Mangsa ketigo memiliki beberapa ciri-ciri khas, antara lain:
- Cuaca panas dan kering
- Udara dingin di malam hari
- Tanah mulai retak-retak
- Sumur-sumur kering
- Tanaman kunyit mulai berdaun
- Lintang kemukus muncul di langit
- Petani mulai mengolah lahan pertanian
Manfaat Mangsa Ketigo
Meskipun mangsa ketigo sering dianggap sebagai musim yang sulit dan menyebabkan paceklik, mangsa ketigo juga memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Menjaga kesehatan tubuh dengan banyak minum air putih dan mengonsumsi buah-buahan
- Menyediakan waktu yang baik untuk berlibur dan berwisata
- Menumbuhkan rasa solidaritas dan gotong royong dalam mengatasi kesulitan
- Memanfaatkan energi matahari untuk kegiatan produktif, seperti mengeringkan padi, jagung, atau ikan asin
- Meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam mencari sumber air dan pangan alternatif
Bagaimana Pengaruh Mangsa Ketigo?
Mangsa ketigo memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan masyarakat Jawa, terutama bagi petani. Mangsa ketigo adalah masa yang sulit untuk bertani karena kurangnya air dan kesuburan tanah. Petani harus menghemat air dan menanam tanaman yang tahan kering, seperti jagung, ubi jalar, kacang tanah, dan singkong. Mangsa ketigo juga berisiko menyebabkan paceklik atau kelaparan jika panjang dan parah.
Selain itu, mangsa ketigo juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan manusia dan hewan. Mangsa ketigo dapat menyebabkan dehidrasi, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan, dan demam. Hewan-hewan juga mengalami kesulitan mencari makanan dan air, sehingga banyak yang mati atau sakit. Mangsa ketigo juga dapat memicu kebakaran hutan dan lahan yang dapat merusak lingkungan dan menyebarkan asap.
Meskipun demikian, mangsa ketigo juga memiliki sisi positif. Mangsa ketigo adalah masa yang baik untuk berwisata dan menikmati pemandangan alam yang indah. Mangsa ketigo juga merupakan masa yang tepat untuk melakukan ritual-ritual keagamaan dan budaya, seperti ruwatan, bersih desa, sedekah bumi, dan lain-lain. Mangsa ketigo juga dapat meningkatkan kreativitas dan solidaritas masyarakat dalam mengatasi kesulitan hidup.
Kesimpulan
Mangsa ketigo adalah mangsa yang terang atau tidak ada hujan. Mangsa ketigo sama dengan musim kemarau dalam bahasa Indonesia. Mangsa ketigo memiliki ciri-ciri khas, seperti cuaca panas, udara dingin, tanah retak, dan sumur kering. Mangsa ketigo juga memiliki manfaat, seperti menjaga kesehatan, berlibur, gotong royong, memanfaatkan energi matahari, dan meningkatkan kreativitas.
FAQ
Mangsa ketigo adalah salah satu dari sepuluh mangsa atau musim dalam bahasa Jawa. Mangsa ketigo berarti mangsa yang terang atau tidak ada hujan. Dalam bahasa Indonesia, mangsa ketigo sama dengan musim kemarau.
Mangsa ketigo biasanya dimulai pada bulan Juni dan berakhir pada bulan September. Dalam sistem pranata mangsa, mangsa ketigo terdiri dari tiga bagian, yaitu mangsa kasa, mangsa karo, dan mangsa katelu.
Mangsa ketigo memiliki beberapa ciri-ciri khas, antara lain cuaca panas dan kering, udara dingin di malam hari, tanah mulai retak-retak, sumur-sumur kering, tanaman kunyit mulai berdaun, lintang kemukus muncul di langit, dan petani mulai mengolah lahan pertanian.
Baca juga:
