latar belakang perlawanan pattimura di maluku

Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Pattimura di Saparua Maluku

Diposting pada 16,314 views

Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Pattimura di Saparua – Imperialisme dan Kolonialisme memang membuat bangsa kita sengsara, tapi dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh penindasan tersebut kemudian memunculkan perlawanan-perlawanan terhadap penjajah. Perlawanan ini sebagai bentuk usaha dalam melepaskan dari belenggu penjajah dan mengusirnya dari tanah Indonesia.  

Salah satu bentuk perlawanan terhadap penjajah dilakukan oleh rakyat Maluku, salah satu tokoh yang paling terkenal gigih perjuangannya adalah Pattimura. Pattimura bersama rakyat Maluku berperang melawan penjajahan Belanda, perang Pattimura ini terjadi sekitar tahun 1817.

Lalu apa yang melatarbelakangi terjadi perlawanan Pattimura di Saparua, Maluku?

Latar Belakang Perlawanan Pattimura di Saparua, Maluku

Maluku merupakan salah satu wilayah penghasil rempah-rempah yang sangat melmpah, maluku bersama-sama wilayah disekitarnya sering diibaratkan sebagai “mutiara dari timur” yang diperebutkan oleh bangsa-bangsa Eropa.

Bangsa-bangsa Eropa awalnya memang hanya untuk berdagang, tapi lama kelamaan mereka ingin berkuasa dan melakukan monopoli di wilayah tersebut. Bahkan sampai melakukan penjajahan yang sangat tidak manusiawi seperti penindasan, penyiksaan sampai dengan kerja paksa.   

Penjajahan yang cukup memberatkan rakyat Indonesia ini terjadi pada jaman penjajahan Belanda, rakyat diminta untuk menyerahkan upeti, penyerahan ikan asin, dendeng, kopi dan kerja paksa. Ditambah lagi terdengar desas desus bahwa guru akan diberhentikan sebagai penghematan. Belanda juga memanfaatkan para pemuda untuk dijadikan sebagai tentara di luar Maluku.  

Dari penderitaan yang dialami ditambah dengan desas-desus itu membuat rakyat maluku semakin geram, apalagi sikap dari Residen Saparua juga sewenang-wenang terhadap rakyat maluku. Sebagai contoh adalah ketika Belanda tidak mau membayar perahu yang Belanda pesan terhadap Maluku.   

Bangsa Belanda tidak pernah menghargai jasa-jasa orang Maluku, sudah diberi ikan asin secara gratis tapi malah bertindak semaunya dengan tidak membayar perahu yang telah dibuatkan. Para pembuat perahu kemudian menuntut agar dibayar, jika tidak maka akan mogok kerja. Tuntutan itu kemudian ditolak oleh Residen Saparua Van den Berg.   

Atas perlakuan pihak Kolonial Belanda yang tidak adil dan beradab itu, kemudian menyulut kemarahan rakyat Maluku. Para tokoh dan pemuda Maluku kemudian melakukan pertemuan rahasia. Seperti pada pertemuan rahasia di Pulau Haruku, dan juga di Pulau Saparua pada tanggal 14 Mei 1817.  

Dari berbagai pertemuan rahasia tersebut, mendapatkan kesimpulan bahwa rakyat Maluku tidak ingin terus menderita di bawah keserakahan dan kekajaman Belanda.

Dari sinilah dimulainya perlawanan Maluku melawahan Penjajahan Belanda. Perlawanan ini dipimpin oleh Thomas Matulessy, seorang mantan pegawai di dinas angkatan perang Inggris. Thomas Matulessy ini kemudian mendapat gelar Pattimura.  

Jadi ada beberapa latar belakang terjadinya perlawanan Pattimura di Saparua, yaitu : 

  • Tindakan sewenang-wenang Pihak Kolonial Belanda yang menyengsarakan rakyat seperti kerja paksa, penyerahan paksa ikan asing, kopi dan rempah-rempah.
  • Pihak Belanda tidak menghargai jasa rakyat Maluku dalam membuat kapal.
  • Muncul desas desus bahwa para guru akan diberhentikan untuk penghematan, dan para pemuda dijadikan tentara di luar Maluku.
  • Kesengsaraan masyarakat maluku akibat penjajahan Kolonial Belanda.

Baca juga : Beberapa Ketentuan Tanam Paksa di Indonesia

Gigihnya Perlawanan Pattimura Melawan Penjajah Belanda

Perlawanan Pattimura melawan penjajah

Pattimura merupakan gelar yang diberikan kepada Thomas Matulessy, hingga sampai sekarang lebih kita kenal sebagai Pattimura. Pattimura merupakan seseorang mantan pegawai di dinas angkatan perang Inggris, sehingga dipercaya mampu memimpin rakyat maluku.  

Rakyat Maluku merasa terjajah dan merasakan penderitaan akibat penjajahan yang dilakukan oleh pihak kolonial Belanda, kebijakan yang cukup menyengsarakan rakyat tersebut antara lain penyerahan paksa, kerja paksa dan beberapa tindakan kejam jika rakyat tidak mau patuh terhadap bangsa Belanda.

Gigihnya Perlawanan Pattimura Melawan Penjajah Belanda – merupakan gelar yang diberikan kepada Thomas Matulessy, hingga sampai sekarang lebih kita kenal sebagai Pattimura. Pattimura merupakan seseorang mantan pegawai di dinas angkatan perang Inggris, sehingga dipercaya mampu memimpin rakyat maluku.  

Rakyat Maluku merasa terjajah dan merasakan penderitaan akibat penjajahan yang dilakukan oleh pihak kolonial Belanda, kebijakan yang cukup menyengsarakan rakyat tersebut antara lain penyerahan paksa, kerja paksa dan beberapa tindakan kejam jika rakyat tidak mau patuh terhadap bangsa Belanda.

Akhirnya terjadilah pertempuran antara pejuang Maluku dengan para pasukan Belanda. Dalam peperangan itu, para pejuang Maluku dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.  

Para pejuang Maluku melawan hanya dengan peralatan sederhana seperti pedang dan keris, sementara para tentara Belanda sudah memiliki peralatan canggih, sehingga tembakan-tembakan meriam tidak dapat dihindari oleh para pejuang Maluku.   

Tanpa menyerah, para pejuang Maluku terus mengepung Benteng Duurstede, dan satu persatu para pejuang Maluku dapat memanjat dan masuk ke dalam benteng. Residen terbunuh dan Benteng Duurstede dapat dikuasai oleh para pejuang Maluku. Karena kemenangan dalam peperangan ini, semangat para pejuang terus menggelora dan bertekad akan melawan Belanda sampai titik darah penghabisan.  

Karena kekahalannya tersebut, Belanda kemudian meminta bantuan tentara dari Ambon. Sebanyak 300 prajurit yang dipimpin oleh Mayor Beetjes didatangkan dari Ambon dan dikawal oleh dua kapal perang.   Namun, bantuan prajurit ini berhasil digagalkan oleh pasukan Pattimura, bahkan pemimpinnya juga terbunuh. Dua kemenangan ini menambah semangat para pejuang Maluku untuk melawan Belanda.  

Selanjutnya Pattimura berfokus menyerang Belanda yang berada di Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Namun, Belanda sepertinya sudah menduga akan penyerangan selanjutnya, sehingga Belanda memperkuat pertahanan di Benteng Zeelandia, akibatnya Pattimura gagal menembus Benteng Zeelandia.  

Belanda ingin sekali kembali ke Benteng Duurstede, salah satunya dengan menawarkan berbagai kesepakatan, namun gagal. Akhirnya dengan mendapatkan bantuan dari Batavia, pada bulan Agustus 1817 Belanda menyerang Saparua untuk merebut Benteng Duurstede. Satu persatu pertahanan di luar benteng dapat ditembus, akhirnya daerah kepulauan itu jatuh kembali ke tangan Belanda.  

Sementara Pattimura dan pasukkannya berhasil meloloskan diri dan meninggalkan tempat pertahanannya. Kekalahan ini tidak menyurutkan semangat Pattimura dan pejuangnya dalam melawan Belanda, Pattimura bersama pasukkannya terus melawan dengan gerilya.

Namun pada bulan November beberapa pembantu Pattimura tertangkap seperti Kapitan Paulus Tiahahu (ayah Christina Martha Tiahahu) yang kemudian dijatuhi hukuman mati.  

Mendengar ayahandanya telah gugur, Christina Martha Tiahahu marah dan segera pergi ke hutan untuk bergerilya melawan Belanda.  

Belanda masih terus memburu Pattimura beserta pasukkannya, bahkan Belanda mengadakan sayembara bagi siapapun yang dapat menangkap Pattimura akan diberi hadian 1.000 gulden.   

Akhirnya setelah memimpin 6 bulan perawanan, Pattimura tertangkap dan pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon. Sementara Christina Martha Tiahahu bersama pejuang yang lain juga tertangkap, namun tidak dikenai hukuman mati melainkan dibuang ke Jawa untuk dijadikan sebagai pekerja Rodi.  

Dikisahkan bahwa Christina Martha Tiahahu meninggal diperjalanan akibat sakit, sehingga jenazahnya dibuang ke laut antara Pulau Buru dan Pulau Tiga. Berakhirlah perlawanan Pattimura bersama para pejuangnya.   Pattimura memang sudah tidak ada, namun namanya akan selalu harum dan semangat perjuangannya marilah kita teruskan demi Indonesia yang lebih baik.

Gambar Gravatar
Tim Editorial KitaPunya.net adalah seorang profesional di bidang Manajemen, Teknologi Digital dan Marketing dengan pengalaman lebih dari 10 tahun. KitaPunya.net saat ini menjadi situs pendidikan dan karir yang selalu berusaha memberikan inforamasi akurat, terpecaya dan terupdate.